Grateful

Assalamualaikum. Setiap balik ke blog, udah lama banget jaraknya. Amitiran dan ndak istiqomah hehehehe

Setelah balik blog, ternyata udah ganti status, dari single ke bersuami. Alhamdulillah, naik satu tingkatan untuk tanggung jawab baru, ladang ibadah baru.

Memulai dari nol bersama sama, mandiri tanpa bergantung sama orang tua, pastinya akan banyak kebutuhan yang dibeli bersama. Dengan kondisi stelah keperlua pernikahan, hmm harus pilih pilih prioritas mana barang yang urgent dan harus dibeli duluan. Pusing? Sebenernya agak agak, karena kondisi bekerja diluar rumah, bantuan beberapa alat rumah tangga akan sangat membantu tugas istri untuk lebih efisien dan produktif. Kudu cepat untuk ngurus keperluan rumah dan keperluan suami, tapi tetep ontime ditengah kemacetan kota. Semua tanggung jawab kudu balance :)

Di era yang serba memudahkan, jiwa emak emak yang mesti pengen beli ini itu dengan “mudahnya”, padahal budget terbatas, tapi pengennya banyak, kredit dan cicilan kadang jadi solusi singkat. Nyicil terbayang begitu meringankan. Tapi kalau belajar lagi, berpikir berkali kali untuk ngambil kredit sekecil apapun bunganya. Seringnya, kok ndak sreg ya. Rasanya kayak meremehkan kalau allah nggak bakal ngasih rejeki cukup. Dan ternyata, semuanya masih tetep bisa kehandle kok.
Trus mikir mikir lagi, kalau allah udah baik banget, mencukupkan banget. Entah bagaimana caranya, ada aja rejeki dari allah yang mencukupkan. Memilihkan tempat tinggal dengan lingkungan yang mashaa allah baik banget. Tempat kerja yang kondusif banget buat tetep ibadah.

Alhamdulillah, kalau dipikir piker lagi, sebenenrnya nggak kekurangan apa apa kok. Masih bisa makan enak, tanpa mikir, makanan catering RS variatif dan enak banget. Masak Alhamdulillah, sedikit sedikit keahlian masak udah upgrade.

Kendaraan yang tetep gesit meskipun udah bertahun tahun. Ngrasa tetep cukup sama jumlah baju, setelah prinsip decluttering marie kondo (ditulis kapan kapan review bukunya).

Hmm, intinya, sekarang lagi ngrasa bersyukur bangeet J

                                     

Bergerak

Pernah nggak sih,  ngrasa banyak punya waktu luang tetapi ngrasa ada yang kurang. Rasanya stagnan, hambar, begah.
Rasanya diam justru jadi lelah. Diam justru tak berenergi.
Saya rasa,  manusia memang fitrah nya untuk selalu bergerak. Tapi arah gerak juga menentukan, mau bergerak yang membuahkan banyak manfaat,  atau bergerak untuk keburukan.
Cara bergerak juga menentukan,  bergerak yang sinergi dan istiqomah atau gerak yg tak beraturan.
Entah itu perempuan atau laki laki,  saya rasa bergerak adalah kebutuhan.  Kebutuhan untuk menjadi lebih baik dan bergerak untuk memberi manfaat.
Dan bergerak enaknya bareng bareng, saling nyemangatin dan mengingatkan. Nggak kudu harus punya suami dulu, sahabat atau orang yang tak sengaja ketemu dijalan bisa jadi penggeraknya.
Saya inget dulu, waktu koas anak jam 2 malam, jalan sendirian di lorong mau ngikutin SC, kondisi udah capek banget,  sampai mau nangis. Eh,  ada residen yang saya tau namanya tak begitu dekat. Tiba tiba nyamperin dan ngasih semangat. Rasanya nyes banget..

Jadi, jangan lelah menyemangati diri sendiri buat tetep bergerak. Karena tanda bahaya adalah,  ketika kita sudah nyaman dengan ke"leha leha " an kita.



Berproses Itu Indah

 “ Nak, hidup akan selalu terasa sulit bagi mereka yang tidak mau menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa hidup tidak akan pernah mudah. Kenyatan bahwa keberhasilan tidak akan pernah tercapai dengan bermalasan dan mengeluh. Kenyataan bahwa kebahagiaan itu diupayakan bukan dibeli. Kenyataan bahwa pendidikan itu meletihkan, tapi ialah yang meninggikan derajat kemuliaan manusia. Kenyataan bahwa yang diimpikan tidak selalu sesuai ekspektasi. Kenyataan bahwa mencari uang itu butuh perjuangan, tidak Cuma minta orang tua seperti selama ini. Kenyataan bahwa pasangan yang baik itu diupayakan bersama, bukan datang dengan sendirinya. Kenyataan bahwa hidup di luar rumah itu penuh ancaman. Dan hidup selalu tidak akan pernah mudah bagi mereka yang sibuk berangan, berekspektasi, dan membanding bandingkan dirinya dengan orang lain. Dan hidup terasa lebih sulit lagi bagi mereka yang tidak bisa bersyukur. (Kurniawan Gunadi)
                Inspirasi pagi ini dapat dari kang gun, bahwa hidup butuh perjuangan, bahwa hidup akan melewati proses. Masa masa transisi seringkali menjadi tantangan, di lingkungan baru, memulai dari bawah. Pengennya mengeluh, pengennya langsung jadi, pengennya semuanya langsung ketata. Padahal sabar dan gigih dalam berproses lah yang membuat kita jadi lebih matang, dewasa, tambah sabar dan belajar.

Inget banget, waktu awal awal lepas dari digaji pemerintah, rasanya drop karena lingkungan baru jauh banget berbeda. Dan rasanya cengok, karena masa masa dimana tinggal kerja dan ndak mikir gaji, ternyata masih aja ndak beryukur. Nah kan..


Berproses itu indah, kalau diingiri dengan sabar dan syukur. Dan kata ust syatori, 

Jalani apapun yang ada dihidup ini dengan iman. 

Karena dengan iman, berproses, meski sulit, akan dilewati dengan semangat penuh perjuangan.Dan bersabarlah dalam juang, maka akan kau dapat manisnya kebahagiaan (Ferika).