maaf yaa

Hiruk pikuk takbir berkumandang tadi malam, memecah suasana malam selasa yang penuh hingar bingar. Yak, aku dan segenap keluarga desa merayakan 1 hari lebih cepat dari yang sudah ditetapkan. Bukan mencari masalah, cuma melaksanakan apa yang sudah diyakini. Masjid penuh, berlarian anak-anak kecil, aku mereka tau ini hari bahagia. Dan usai, memang sudah usai, yang kemarin datang sekarang sudah beranjak pergi, melambaikan tangan, menyisakan kebahagian bagi orang yang benar benar memegangnya, menjadikanya lebih dari bisa, karena memang basic nya luar biasa, meninggalkan penyesalan, bagi yang tak tahu berkah sesungguhnya ada di depan mata.

Maaf,

sederet ucapan sibuk datang meninggalkan lelah pada saluran telpon. Berbagai bentuk, yang tetap melantunkan kata maaf, mencoba mendekat ketika dirasa jauh, memohon sesuatu yang abstrak, melumurkan lumpur dengki iri di hati. Aku pikir lebih dari itu, memaafkan butuh lebih dari sekedar kata, maaf seperti melepaskan genggaman batu bara. Bisa datang tanpa diminta, bisa juga tak datang meskipun sudah merajuk. tapi memaafkan itu anggun, melebarkan ruang di dada, menghancurkan bilik bilik yang tak seharusnya ada.

Dan yang sering dilupakan, sebuah kata syukur. bersyukur, tahun ini bisa mengecupmu kembali, memberi kesempatan untuk berbenah, meminta kelapangan hati, dan mencari tempat di dekat sang maha. Di ujung hari, mungkin yang dinanti atau dihindari karena perpisahan pasti ada , ketika semuanya merunduk memohon kesucian dari sang pencipta, dan mengais kata " dimaafkan", , selalu terselip doa
 " semoga bisa bertemu kembali nanti"

dan untuk semuanya, dengan segala kerendahan hati, mohon maaf atas semua khilaf, , 
Happy Ied day

not really important

It have been 4 days,,
aku meninggalkanmu sendirian, apa kamu menungguku di tepi jendela, menatap satu per satu tangan yang mungkin tuan mu, menebak nebak, ,
Sangat sepi, menunggu memang menyebalkan bukan? Itu seperti insomnia, dan kau paksakan untuk menghitung domba 1 sampai seribu, tapi kamu sadar itu tak kan berhasill..
matamu berkaca-kaca, apakah dia sungguh tak datang lagi? mengisi bagian diriku yang kosong, ,
Padahal dia tahu, kamu ada untuk diisi, satu kata darinya pun tak apa...



*jeritan blog g diupdate

Hiaa,,aku datang lagi, membawa sebungkus cerita. It's reall, no hoax.

Di sudut sebuah kota, dengan letak kampus di perbatasan.
Jauh dibelakangnya, melewati gang cukup besar namun padat manusia. Seekor lalat tak sengaja membaca tempat itu, "wisma Delta". Pagi begitu nyaman dirasa dibawah selimut, kata "mimpi indah" masih melekat di kepala, membawa angan yang tak sempat menjadi fakta di dunia nyata. Debu enggan menyapa, menarik diri untuk bertemu dengan angin. Sinar, tertelan oleh malam yang menyisakan gelap di ruang ruang.

dubraaakk. . .
" Ciin, kamu baru bangun juga, sama doong.."
dewi, sang bonek menyapa, entah kenapa lebih terdengar seperti komandorberbicara pada bawahan. rambutnya masih acak acakan,
Badanku masih berselimut biru, memeluk guling, menyeret tangan. heran.
"hmm,,jam berapa toh? "
bernafas lega. Jam 7.45 pagi. Malam malam tanpa tidur membuatku begini, puasa bergerak di pagi hari.
" kata bridal, kitaa kuliaahh nyooong.."
"kata siapa? orang kita jam 10 sampe jam 2."
sedikit gentar, melangkah keluar, ohh, pagi seperti bernyanyi melodi yiruma, damaiii.
"Bridall, kelasku jam 10 kan yakk??"
"hehhh,,,sekarang kamu kuliah kalii."

aku, dewi.

"hahhhhh???"
...........................................................................

Tiba di kampus 10 menit setelah itu. How come???

Rincian : mandi ala kemah 3 menit. berpakaian seadanya tapi lengkap 3 menit plus jilbab. Ambil motor, sambil triakkk
"tutupin pintunyaaa dooong, aku udah telaaattt." makan waktu 2 menit.

Ngebut tapi g ugal-ugalan 2 menit.

Sampai kampus, 15 menit kemudian ..*kelas sudah mulai
dewi dateng.
"cepet amaaatt...G mandi yaa????"
.......................................................................................



ternyata masih ada manusia g percaya, mandi 3 menit itu benar benar ada.

surat sahabat 2

Tak terhingga, bilangan tak terbilang. terlalu banyak hingga tak ada habisnya.
Jangan tanya apa dan siapa, karena itu akan membuatku sakit.
Jangan tanya kenapa, karena alasanku sungguh tak masuk akal.
mereka begitu dekat, tapi jauh, menasehati tapi menyakiti hati.
Mereka akan berkata aku gila..tatapn meremehkan dengan apa yang aku punya..mereka anggap itu sampah.

Jadi biarkan aku dengan sebongkah benda yang sudah aku jaga lama, bertahun-tahun.
tergores di sebagian sudutnya, jatuh lalu aku pungut kembali, dan mereka tetap berkata itu sampah.
Tak perlu bersusah payah menyangkal, karena mereka tak akan mengerti, meski pita suaraku rela berkoar koar sampai seok. .



Surat Sahabat 1

Jalan- jalan sore sangat menyenangkan ya, meskipun tak bertemu matahari dan angin sore. Why? Aku hanya berjalan-jalan di dunia maya, pantat ini terlalu setia rupanya dengan kursi kamar dan tanganku terlalu erat bergandengan dengan laptop. Jadi ada yang punya ide bagaimana caranya memisahkan mereka? Mungkin akan kucoba metode adu domba atau cemburu-cemburuan.
Sampai akhirnya bertamu di akun seorang sahabat, melihat satu demi satu apa yang disebut status, tak perlu susah menebak apa yang sedang di hati, tertulis tersurat dalam akun nya. Galau rupanya, dan masih dengan cerita-cerita yang sama, dengan perasaan yang sama, hanya waktu saja yang terus berjalan, semakin berat buat dia dan waktu untuk bersahabat, karena dia tak bisa tinggalkan yang lalu. Punggungnya masih tertulis, " masa lalu", matanya masih berusaha melihat kebelakang, kau tak takutkah sahabat, akan menabrak tembok atau pohon??

Sadarkah teman- teman, 70 persen yang orang keluhkan adalah tentang "kamu dan dia"? Mungkin memang hati kita yang beranjak dewasa, dan "dia" sebagai media nya, tapi terpuruk bukan selalu jalan terbaik...

Spesial untuk sahabatku yang tinggal di sebrang jawa,,Rindu ber chit chat denganmu

random from google


hari ke 17


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Cuma beberapa baris saja, lompatan sejarah yang menyatakan kita merdeka. Bendera yang dibuat tergesa-gesa, sembuyi sembunyi sebelum akhirnya dikibarkan. Banyak darah tumpah, rasa takut setiap malam,dan pertanyaan apa benar ada saat nya jiwa kita benar benar merdeka? Banyak yang perlu dikorban untuk sekedar kata Merdeka. Dan semuanya bertaut taut seperti rajutan, cerita tentang nyawa, cerita tentang rasa takut, cerita tentang apa itu pahlawan yang sebenarnya.

Merdeka, karena kita punya cita cita untuk menjadi satu bangsa
Merdeka, bisa tidur nyenyak tanpa rasa takut akan ditembak tiba tiba
Merdeka, dari takut apa anak istriku besok masih hidup
Merdeka, bebas mengatakan bahwa kita warga Indonesia
Merdeka, berjuang dengan sebilah bambu dan senjata sederhana

tapi apa sekarang, setelah 66 tahun lama nya, kita sudah benar benar merdeka?
Coba sentil dan lihat lebih dalam. Buka mata lebar-lebar. tentu dengan kacamata rakyat tanpa kepentingan politik.
apa masih ada yang takut, besok kita akan makan apa?
apa masih ada yang gelisah, apa anakku bisa mengenyam pendidikan?
apa masih ada yang mengiba, saat rentenir datang dan menyita hunianku?





Semoga suatu saat kita benar benar merdeka!:)


* no idea

Surat untuk Tuhan



 Di tengah malam, aku mulai berbicara dengan Tuhan. Ketika semua orang membisu, hanya Dia yang berbicara, Ketika semua orang tuli, hanya Dia yang mampu  mendengar. Ketika aku tak tahu harus bertanya kepada siapa, Dia datang menjawab segalanya. Berbicara, membuat ragu menjadi pasti, Dia memang ada.


Aku mengirim surat tanpa alamat, karena suratku sampai tanpa pengirim dan cap pos. Cukup di tengah malam, dengan dialog- dialog hati. Dia menjawab dengan mengetuk hatiku, menyembuhkan hati yang sudah sangat robek dan terkoyak. Ketika menangis dan kenapa selalu muncul dengan tanda tanya, Dia mengusapku dengan belaianya yang tak terlihat.


Tuhan, jawabanmu memang kutunggu, tapi kenapa aku masih bersedih, ikhlasku belum kudapat. Apa aku salah meminta, aku salah berkata-kata. Atau memang niatku yang sejak awal salah? Ataukah aku belum cukup baik untuk menerimanya. Tuhan, dialog ini tak akan pernah berhenti mengalir, melalui nadiku yang merah, atau berbalik menjadi vena yang biru. ungkin sampai nanti saatnya detak yang membawa aliranya berhenti. Tuhan, tolong jangan bosan, mendengar kalimatku yang sama dan biasa, dengan permohonan permohonan kecil dan sederhana, setidaknya bagi-Mu. Tuhan, semoga kau tak bosan bertemu denganku, walaupun dengan mata yang terbuka sempurna, dan tangan yang tak sanggup mengangkat ke atas..


Tuhan ada di mana-mana!:)
random google


Home sweet home

"Be who you are and say what you feel, because those who mind don't matter, and those who matter don't mind."
Dr. Seuss
Jangan ditanya, apakah aku seorang tuan rumah yang baik, karena akupun masih mencari apa baiknya rumahku ini. Rumah dibangun dari sebuah keengganan, rasa sebaliknya ketika kamu benar-benar menginginkan sebuah hunian. Aku, yang masih mencari apa perlu aku aku memiliki rumah ini, apa aku cukup puas dengan segala bentuk perabotnya. Aku, yang masih ragu, apa perlu aku beri sedikit jiwaku sebagai ornamen di dinding-dindingnya. Aku, yang masih bingung, perlukah aku memamerkan rumahku seperti barang di etalase. Sungguh, aku masih belajar menjadi penghuni yang baik.
Tapi perlahan, aku berfikir ketika sejenak keluar dari rumahku, bertamu pada beberapa tetangga, yang ini , yang ini atau yang ini, dan beberapa tetangga yang begitu baik.

Sepertinya rumah ini mulai nyaman, meski banyak lubang di sana sini. Apa salahnya punya cerita, apa salahnya dengan seorang aku, apa salahnya jika orang tau bagaimana aku, apa salahnya dengan cerita cerita sedihku. Aku hanya sedang bercerita pada alam maya, dan kadang hanya bertanya, sekedar bertanya tanpa perlu dijawab.

yeahh,,in the end, aku suka rumahku, aku bisa bersantai sejenak tanpa berfikir seseorang akan berkata aku aneh, atau sesseorang yang menganggapku lebay.

Now, It really feel at home!:)


pict from here

capture it!



Harta karun keluarga ku mungkin hanya sebuah kamera tua, dengan flash retak, yang sampai sekarang masih ada. Umurnya mungkin sudah hampir 30 tahun. Saksi bahwa aku ada di sini. Bernafas dan memiliki jiwa. Lempengan panjang bergulung, hanya hitam putih, menjadi berlembar lembar warna,,cukup merekam bahwa mereka memang ada. Bahwa mereka masih di satu kursi berdua, suka bercanda sambil meracik makanan bersama. Kenyataanya, lembar-lembar itu hanya berbungkus plastik tipis, tak menyangka ada banyak cerita di sana. Ibu, hanya tertawa terbahak mengingat, dengan backsound koes plus, foto 1 kecamatan di dili tanpa dibayar dikerjakan bapak, dengan satu kamera. Harapku, aku bisa membuat kamera utuh kembali!:)
random from google

Hope

Dear whoever I marry, I don’t care what you look like, or how you dress. Promise me you’ll take me closer to God, and my heart is yours.

Someday, I hope someone say this to me. 

random from google

 

Embun Pagi

Ramadhan hari ke -4.
Seseorang datang dan pergi, kadang membawa harta untuk dibagi, hanya dengan senyuman, perkataan yang menguatkan atau pelukan yang membuat tabah. Atau kadang membawa luka, duri kecil yang terselip diantara jemari bersalaman.
Maaf. Bukan kata maaf yang setiap kali sekedar menyapa melosot keluar dari mulutmu, bukan yang diumbar dengan diskon, bukan kata yang dihafal dan dipaksakan, sungguhkah dari hati?
Maaf kadang tak terucap dari bibir, tak terdeteksi dengan aksara ,tak terjamah dengan digital,,

Maaf, seperti melepaskan batu membara yang tahan air, terbang begitu saja, ya, terbang begitu saja, seperti embun yang menguap ketika pagi mulai panas, ,

Maaf, seperti mencabut jarum yang terlanjur membuat lubang, menjahit lukanya, ,

Maaf, kadang hadir dengan tiba-tiba, bergandengan dengan Ikhlas,,

Khilaf, memang sudah berjodoh dengan Maaf,,
Selamat Berpuasa!:)

from random google