berimajinasi ala sendiri

dan aku mencoba untuk tidak larut dalam pasir hisap buatanku sendiri
doaku masih untuk-Mu, berharap pasir hisap itu hanya fatamorgana, yang segera hilang jika aku sudah menemukan oase yang sesungguhnya

 Perjalanan ini masih jauh, masih butuh tenaga, masih butuh air, jalan masih terlihat panjang, belum tahu pasti berujung kemana, yang terlihat cuma titik di ujung bukit. Tapi kenapa masih gelisah, terlalu pengecut untuk berkata aku akan kalah dengan niatku sendiri. Apakah harus kubangun ilusi dan imajinasi untuk membuatnya terlihat nyata?

Dan dahaga, masih belum menemukan airnya. . .

sebuket bunga untukmu

rasanya debu debu ini yang membuatku pilek sampai demam,
debu debunya membuat gatal, mendatangkan mediator inflamasi yang sudah lama tertidur,,
"alhamdulillah ya, sesuatu banget saya bisa kerja lagi"..katanya.

beberapa hari berjalan, banyak hal terjadi, bisa datang dan pergi, bisa menciptakan banyak rasa..
hai, maaf aku yang bisu tak punya lagi kata ketika ayahmu meninggal, menelfonmu hanya akan menambah duka,
kamu yang satu hari sebelumnya bercerita tentang dia, yang kamu baru dekat 2 tahun ini setelah belasan tahun lama nya makan dari meja yang sama,
kamu yang bangga dengan dia yang dekat dengan tuhan, yang melepas waktu waktunya dengan doa, yang menamatkan belasan kali kitab kita selama ramadhan,
dia yang paling khawatir, ketika kamu jauh di sebrang kota, sendirian, ,
dia yang selalu bertanya apakah sudah punya pacar? hal yang membuatmu ingin membuang muka, bukan karena tak suka tapi menurutmu sekarang belum waktunya. Hal yang membuat kamu menyesal, karena sebuah tanda. Dia yang hanya ingin kamu dijaga, tidak sendiri, ketika dia pergi menghadap.
dan saya bangga dengan kamu, saya yakin dia juga.
Bersedih sekaligus menguatkan itu tak mudah..
Tapi saya tahu, kamu berpegang pada yang Maha, kamu tak salah sof!:)

unek 2

Dan hidup menyapaku di waktu pagi,,


mencolek colek mengajakku berenang menyelami kata memaknai hari

Pelari

Tak sadar aku sudah berlari, tak kuduga aku sudah mengejar
Dan saat ini aku sedang lelah, berjalan pelan tapi pasti akan lebih aman

karena aku bisa tahu kapan aku berhenti, dan kapan aku akan berlari lebih cepat lagi

Waktu, masih setiakah kau menunggu?

Kuliah sudah menjemput

Kupeluk bantalku erat erat, menyerap memori kecil di kamar berjendela dua
mencium bau keringat saudara laki-laki paling kecil, merengek minta ditemani di suatu subuh, takut
menyetel kembali teriakan ibu, menyuruh ini dan itu, 
mendengar suara langkah kasar saudara laki laki pertama, membangunkanku sahur
dan ketika tubuh ini begitu lelah menatap dunia, akan kutatap atap kamar yang sempit
Semuanya masih terasa bisa terjangkau, ketika udara terasa begitu panas, dan alam yang tak bersahabat lagi, berbaring di kasur terasa lembut seperti rumput, udara panas terasa hangat menciptakan sepoi, tercium bau tanah lapang, atap seteduh pohon yang menaungi tubuh,,
Kamarku,,hanya sesederhana itu

Yaahh,,kita berpisah lagi, kutinggalkan sedikit jiwa disitu, menyelimutimu ketika hujan terasa begitu dingin, dan debu terlihat begitu kejam. Doakan saya di kota sebrang sana...

Buat Niwanda

2 september, baru sadar waktu mengajakku bertanding berlari cepat,,meninggalkan angin yang berjalan ke barat. Hai, aku terlambat menyapa september kemarin. Dan aku sudah terpaku lama pada deretan huruf sejak bulan kemarin,,
" Kami bingkai september dengan kejujuran" , di undangan salah satu kakak. Tidak perlu diceritakan betapa indahnya mereka, akan membuat berdoa lebih kyusuk lagi tentang siapa yang akan disamping kita nanti!
Welcome September!:)

Seseorang berjalan memasuki ruang perpustakaan sma, bercanda, berbicara dengan penjaga buku buku tua. hanya kuamati sambil berlalu. Dia sama di semua sisi, khas bentuknya.Dia yang bertemu aku yang melankolis. Dia juga yang berkata aku teoritis. Dan akhirnya sedikit kapok bercerita padaku. Dia bertanya bagaimana memasukkan gajah di dalam kulkas, kujawab, buka saja pintu kulkas nya, masukkan gajahnya, lalu tutup kembali. Aku yang tak peka, dia mungkin hanya butuh didengar, dan aku terlalu kaku untuk berfikir ke arah lain. Dia, seorang sahabat yang membawaku ke sahabat sahabat yang lain, dua yang tak kalah uniknya. hai, aku lupa menyapa kalian, bagaimana lebaran?:)

Malam tadi, mungkin akan berbeda dengan tak hadirnya satu orang keluarga, mungkin tak ada sebuket bunga, tidak ada kue berlilin , dan aku tidak terlalu puitis membuatkanmu puisi,  hanya angin malam yang sedikit dingin mengantarkan salamku, dan mungkin tak kau dengar. Dan bergantilah hari, satu langkah metamorfosis yang tetap membuatmu sama, berisi harapan harapan. kamu, yang belajar untuk tegar saat perahumu goyang, tapi dunia terlalu buas untukmu berjalan sendiri, dan kami akan selalu datang ketika kau panggil.
Teriring doa untukmu, untuk harapan harapanmu, untuk keluargamu, dan kedewasaan yang terus melekat didahimu. dan aku terlalu lancang untuk membuatkan skenario esok untukmu, berdoa semoga skenario tuhan selalu yang kau anggap terbaik.

Happy birthday! Twenty is coming!:)

*peluuukk..

 :) :) :) :)