Kuliah sudah menjemput

Kupeluk bantalku erat erat, menyerap memori kecil di kamar berjendela dua
mencium bau keringat saudara laki-laki paling kecil, merengek minta ditemani di suatu subuh, takut
menyetel kembali teriakan ibu, menyuruh ini dan itu, 
mendengar suara langkah kasar saudara laki laki pertama, membangunkanku sahur
dan ketika tubuh ini begitu lelah menatap dunia, akan kutatap atap kamar yang sempit
Semuanya masih terasa bisa terjangkau, ketika udara terasa begitu panas, dan alam yang tak bersahabat lagi, berbaring di kasur terasa lembut seperti rumput, udara panas terasa hangat menciptakan sepoi, tercium bau tanah lapang, atap seteduh pohon yang menaungi tubuh,,
Kamarku,,hanya sesederhana itu

Yaahh,,kita berpisah lagi, kutinggalkan sedikit jiwa disitu, menyelimutimu ketika hujan terasa begitu dingin, dan debu terlihat begitu kejam. Doakan saya di kota sebrang sana...

2 comments:

  1. semoga sukses diseberang sana tuan putri penganggum jendela. saatnya arus balik dari mudik. hehe..

    BalasHapus
  2. puitis banget..
    lanjutkaan!!!
    :)

    BalasHapus